Kamis, 10 April 2008
Informasi awal...
Suasana kota Jakarta saat itu lagi panas dan ricuh setelah terjadi peristiwa Trisakti, yang menewaskan mahaiswa. Menyusul peristiwa Jembatan Semanggi yang juga menelan korban jiwa. Dimana mana terjadi demontrasi mahasiwa yang menuntut mundurnya Presiden Suharto. Sehari sebelum huru hara, saya sudah mendapat atau mendengar informasi akan terjadi huru hara pada hari Rabu jam 10. Oleh karenanya saya menghubungi per telepon semua keluarga di Jakarta dan Sukabumi. Lalu pada pagi hari H sekali lagi saya hubungi dengan sedikit penegasan saya minta jangan keluar rumah. Atau bagi yang harus berada diluar rumah agar segera mencari tempat berlindung yang aman. Dengan permintaan agar informasi ini disampaikan berantai kepada yang lain. Kepada keluarga inti saya tekankan agar isteri, 48 tahun dan anak saya, 24 tahun tak usah ke Jakarta untuk bekerja. Sementara anak kedua, 13 tahun saya minta agar jangan ke sekolah dan jangan jauh2 dari posisi saya. Malahan saya beri tugas untuk memonitor semua perangkat komunikasi bersama kakanya. Selalu menghubungi saya dengan handie transceiver apabila ada berita penting. Ini perlu buat mencegah dia keluar rumah tanpa diketahui. Maklum saja namanya juga remaja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar